BIOGRAFI SEJARAWAN/ ILMUWAN ISLAM BIDANG PENDIDIKAN
Jabbir ibn Hayyan
Al- Battani
Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari ilmuwan Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada tahun 317 H (929 M). Al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian, sebuah sekte pemuja bintang yang religius dari Harran yang memiliki motivasi kuat untuk mempelajari ilmu perbintangan.
( 29 April 2020, pukul 13.08 WIB)
Abul Qasim Khalaf ibn Al- Abbas
Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi
Nama lengkapnya Abu Abdullah Jabir bin Hayyan
al-Kuffi al-Sufi. Sumber lain menyebutkan sebagai Abu Musa dan bukan Abu
Abdullah. Jabir bin Hayyan merupakan seorang yang dianggap paling pantas
sebagai wakil utama alkemi (ahli kimia) Arab pada masa-masa awal
perkembangannya. Ia lahir di Kuffah, Irak pada tahun 721 M dan meninggal
dunia pada tahun 815 M. Jabir adalah seorang yang berketurunan Arab, namun ada
juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ayahnya bernama Hayyan,
seorang ahli obat-obatan (apoteker) dari Kufah yang kemudian pindah ke Toos. Dikenal
sebagai “the father of modern chemistry” ini merupakan seorang muslim yang ahli
dibidang kimia, farmasi, fisika, filosofi dan astronomi.
Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah
menjadi landasan dasar untuk berkembangnya ilmu kimia dan tehnik kimia modern
saat ini. Jabir Ibn Hayyan-lah yang menemukan asam klorida, asam nitrat, asam
sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan
larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk
melarutkan emas. Beberapa tulisan
Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot kedalam beberapa buku
berjudul, Book of the Kingdom, Book of the Balances dan Book of Eastern Mercury. Beberapa istilah tehnik yang ditemukan dan digunakan oleh
Jabir juga telah menjadi bagian dari kosakata ilmiah di dunia internasional,
seperti istilah “Alkali” dan sebagainya.
(29
April 2020, pukul 12.25 WIB )
Sumber:
Nama lengkap al-Battani adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Jabir ibn Sinan Al-Battani al-Harrani. Di Eropa, ia dikenal dengan sebutan Albategnius atau al-Batenus. Ia lahir pada tahun 858 M di daerah Battan, Harran, yang terletak di Barat Daya Irak. Cucu dari ilmuwan Arab terkemuka, Tsabit bin Qurah, yang dikenal sebagai ahli astroomi dan matematika terbesar di dunia pada abad pertengahan ini wafat pada tahun 317 H (929 M). Al-Battani hidup di kalangan komunitas Sekte Sabian, sebuah sekte pemuja bintang yang religius dari Harran yang memiliki motivasi kuat untuk mempelajari ilmu perbintangan.
Ayahnya yang bernama Jabir ibn Sinan dan merupakan
seorang pakar sains terkenal telah mengarahkan putranya untuk menekuni dunia
pengetahuan sejak kecil. Kepada ayahnyalah al-Battani belajar astronomi dan
matematika. Memasuki masa remaja, al-Battani berhijrah ke Raqqa yang terletak
di tepi sungai Eufrat untuk menekuni bidang sains. Di kota inilah al-Battani
melakukan berbagai penelitian hingga menemukan beragam penemuan cemerlangnya.
Sebagai seorang pakar dalam bidang astronomi, al-Battani juga telah mengarang
banyak buku yang berisi tentang hasil pengamatan bintang-bintang, perbandingan
antara berbagai kalender yang digunakan di berbagai suku bangsa (Hijriyah,
Persia, Masehi, dan Qibti), dan buku-buku karangannya yang paling
terkenal adalah Zij Ash-Shabi’ atau Zij al-Battan. Dalam pengantar kitab ini, al-Battani berkata, "Ilmu yang paling mulia
kedudukannya adalah ilmu perbintangan. Sebab, dengan ilmu itu dapat diketahui
lama bulan dan tahun, waktu, musim, pertambahan, dan pengurangan siang dan
malam, letak matahari dan bulan serta gerhananya, serta jalannya planet ketika berangkat
dan kembali”.
Sumber:
Abul Qasim Khalaf ibn Al- Abbas
Ahli
bedah yang termasyhur hingga ke abad 21 itu bernama lengkap Abu al-Qasim Khalaf
ibn al-Abbas Al-Zahrawi. Ia terlahir pada tahun 936 M di kota Al-Zahra, sebuah
kota berjarak 9,6 km dari Cordoba, Spanyol. Al-Zahrawi merupakan keturunan Arab
Ansar yang menetap di Spanyol. Di kota Cordoba inilah dia menimba ilmu,
mengajarkan ilmu kedokteran, mengobati masyarakat, serta mengembangkan ilmu
bedah bahkan hingga wafat. Sebagai seorang dokter termasyhur, Al-Zahrawi pun
diangkat menjadi dokter istana pada era kekhalifahan Al-Hakam II di Andalusia. Para
dokter di zamannya mengakui bahwa Al-Zahrawi adalah seorang dokter yang jenius
terutama di bidang bedah. Al Zahrawi diketahui bahwa ia telah menemukan puluhan
alat bedah modern. Dalam kitab Al-Tasrif, ‘bapak ilmu bedah’ itu memperkenalkan
lebih dari 200 alat bedah yang dimilikinya.
Dia adalah orang
pertama yang menggunakan foreceps saat melahirkan, yang mana sangat membantu
dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu saat proses melahirkan, Untuk mengurangi ketakutan
dan kekhawatiran pasiennya saat akan dioperasi, al-Zahrawi menggunakan sebuah
pisau tertentu yang membuat sang pasien nyaman secara psikis. Meskipun memiliki pengetahuan
dan kemampuan yang mumpuni dalam ilmu bedah, al-Zahrawi selalu menolak untuk
melakukan operasi berisiko atau tidak ia diketahui yang akan menjadi stres
fisik dan emosional bagi pasien. Ia percaya akan pentingnya kehidupan manusia
dan berusaha untuk memperpanjangnya selama mungkin.
( 29 April 2020, pukul 13.45)
Sumber:
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Al-Razi dikenal
di barat sebagai Rhazes. Dia adalah salah seoran Ilmuwan Iran yang hidup pada
864-930. Al-Razi lahi di Rayy, Teheran, pada 865. Di awal kehidupannya, dia
sangat tertarik dengan seni musik. Namun, dia juga tertarik dengan ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya sehingga kebanyakan masa hidupnya dihabiskan untuk mengkaji
kimia, filsafat, logika, matematika, dan fisika. Pada akhirnya dia dikenal
sebagai ahli pengobatan seperti Ibnu Sina, tetapi semula Al-Razi adalah seorang
ahli kimia. Al-Razi meninggalkan dunia kimia karena pengelihatanya mulai
kabur akibat eksperimen-aksperimen kimia yang meletihkannya. Lalu, dengan bekal
ilmu kimianya yang luas dia menekuni dunia medis kedokteran yang rupanya
menarik minatnya ketika muda.
Menurut Al-Razi, seorang pasien yang sembuh dari
penyakitnya disebabkan oleh respon reaksi kimia yang terdapat didalam tubuh
pasien tersebut.
Al-Razi mendirikan rumah sakit di Rayy, sebagai salah satu rumah sakit
yang terkenal sebgai pusat penelitian dan pendidikan medis. Selang beberapa
waktu kemudian, dia juga dipercaya memimpin rumah sakit Baghdad. Beberapa
karya tulis imilahnya dalam bidang ilmu kimia yaitu Al-Asrar (membahas teknik
penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya), Liber Experimentorum (membahas
pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan, dan mineral yang menjadi cikal bakal
kimia organic dan kimia non-organik),
Sirr Al-Asrar (membahas : 1. ilmu
dan pencarian obat-obatan dari suber tumbuhan, hewan, dan galian serta
simbolnya, juga jenis terbaik untuk digunakan dalam perawatan, 2. ilmu
danperalatan yang penting bagi kimia serta apotek 3. ilmu dan tujuh tata cara serta teknik kima
yang melibatkan pemrosesan reksa, belerang (sulfur), arsenic, serta logam-logam
lain seperti emas, perak, tembaga, timbal, dan besi).
( 29
April 2020, pukul 14.20 WIB)
Sumber:
http://info-biografi.blogspot.com/2010/04/biografi-al-razi.htmlMuhammad Ibnu Musa Al-Khawarizmi
Al-Khwarizmi
memiliki nama lengkap Muhammad ibn Musa al-Khwarizmi. Al-Khwārizmī lahir pada
tahun 780 Masehi di kota Khwārezmia (sekarang Khiva, Uzbekistan), dan dia
meninggal di tahun 847 Masehi di Baghdad.
Selain itu
beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Peranan
terbesar Al-Khwarizmi terutama pada bidang matematika yaitu sebagai Penemu Aljabar dan Angka Nol. Ia
bahkan disebut sebagai the ‘father of algebra’. Semasa hidupnya, ia
tinggal dan menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Baghdad. Ia bekerja di the “House of Wisdom” atau sekolah kehormatan (Dār al-Ḥikma) di bawah
kepemimpinan al-Maʾmūn. Ia bekerja sebagai seorang dosen, sekaligus sebagai
seorang peneliti dan penulis. Ia hidup di masa pemerintahan Bani
Abbasiyah. Al-Khwārizmī juga memiliki gelar sebagai Abū ‘Abdu llāh atau Abū
Ja’far, dia juga orang yang paling pertama yang menggarap serta mengkaji
mengenai aritmatika, serta algebra.
Karya Al Khawarizmi
- Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
- Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematika dan mengemukakan 800 buah masalah yang sebagian besar merupakan persoalan yang dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
- Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
( 29 April 2020, pukul 15.30)
Sumber:
Komentar
Posting Komentar